MENGENAL DAN MENGATASI SINDROM KEKERDILAN PADA AYAM BROILER

- September 07, 2017

MENGENAL DAN MENGATASI SINDROM KEKERDILAN PADA AYAM BROILER

 
Ternak Pertama. Mengatasi Sindrom Kekerdilan Pada Ayam - Baru-baru ini, saya tidak sedikit memperoleh pertanyaan dari para peternak wacana banyaknya kasus kekerdilan pada ayam broiler orang-orang. Rata-rata Peternak berterus terang, tidak lebih lebih 8-10% ayam broiler yng dipelihara mengalami lambat tumbuh. Bobot badannya cuma berkisar 600 gram, padahal normalnya mampu mencapai 800-900 gram pada umur 21 hari. Ayam secara fisik terlihat sehat, lincah, serta aktif. Ransum yng diberikan pun percis semisal umumnya. Tatkala DOC tiba kondisinya pula terlihat seragam serta tak ada masalah.
BEBERAPA KEMUNGKINAN PENYEBAB LAMBAT TUMBUH
Kasus lambat tumbuh ataupun kekerdilan (slow growth) ataupun yng disebut pula yang dengannya runting stunting syndrome (RSS) merupakan satu dari sekian banyaknya sindrom yng dialami oleh sekelompok ayam (lebih-lebih ayam broiler) yng ditandai yang dengannya gangguan pertumbuhan di umur 4-21 hari. Pada kasus ini, bobot badan ayam terlihat lebih kecil, ± 40% di bawah bobot badan normal. Tingkat kejadiannya pun di dalam satu populasi Amat bervariasi sekitar 5-40% (Nick Dorko, 1997). Hidayat (2014) menyatakan bahwasanya sindrom kekerdilan ini dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain:
o 5-10% dari populasi, salah satunya kategori ringan o >10-30% dari populasi, salah satunya kategori tidak baik o >30% dari populasi, salah satunya kategori Amat tidak baik
Fenomena sindrom kerdil di lapangan terkadang dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yakni: andai dalam waktu 5 minggu bobot ayam tidak lebih dari 200 gram per ekornya, maka dikategorikan menjadi kasus “runting”. Sedangkan bila bobotnya lebih dari 200 g, akan tetapi tidak lebih dari 1 kg, maka dikategorikan menjadi kasus “stunting”.
Dari laporan kasus yng ada, kasus runting umumnya tak lebih dari 5% (umumnya berkisar 3-5%), sedangkan pada kelompok stunting angkanya mampu mencapai 50% (dalam kisaran 5-50%). Variasi pada kasus stunting ini umumnya dikaitkan yang dengannya manajemen pemeliharaan. Pada peternakan yang dengannya manajemen yng baik, umumnya persentase kasus stunting relatif kecil.

Penyebab Kekerdilan Pada Ayam
Faktor dari pembibitan o Telur tetas kecil (telur tetas berasal dari induk umur muda < 25 minggu) o Antibodi maternal Reo-virus yng diturunkan rendah, padahal DOC butuh antibodi maternal yng tinggi o Induk DOC positif terinfeksi Salmonella enteridis, menjadikan DOC membawa bakteri Salmonella yng sewaktu-waktu mampu menyerang tatkala kondisi DOC tengah tak fit
Faktor dari penetasan (hatchery) o Waktu koleksi telur tetas yng terlalu lama o Tak dilakukannya grading telur tetas yng akan dimasukkan ke mesin tetas o Bercampurnya telur tetas yng berasal dari umur induk yng Amat jauh berbeda o Terlalu lama proses penanganan di ruang seleksi menjadikan DOC mengalami stres o Tidak lebih representatifnya alat angkut DOC (chick van) dari hatchery ke peternak/sangkar pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan yng belum baik serta pengaruh lingkungan Misalnya akibat biosecurity yng belum ketat, penanganan DOC yng tidak lebih baik lebih-lebih tatkala masa brooding, populasi sangkar yng terlalu padat, suhu sangkar terlalu tinggi, tempat ransum tidak lebih (tak sebanding yang dengannya jumlah ayam), dan juga lain-lainya.
a) Faktor kualitas ransum Kandungan nutrisi semisal energi, protein, serta mikro nutrisi lain-lainnya andai tak sesuai yang dengannya kebutuhan ayam, maka mampu menimbulkan kasus kekerdilan ini. Demikian halnya yang dengannya jamur (aspergillosis) serta racunnya (mikotoksikosis) yng akhir-akhir ini tidak sedikit mengkontaminasi ransum.
b) Faktor penyakit infeksius Secara umum, 3 agen infeksius penyebab kekerdilan merupakan virus, bakteri serta protozoa.
1) Virus:
Satu dari sekian banyaknya virus yng telah diidentifikasi menjadi penyebab utama kekerdilan merupakan Reo-virus. Tatkala menginfeksi, virus ini memicu enteritis (radang usus) menjadikan penyerapan nutrisi di usus menurun. Pada anak ayam umur 2-4 hari yng menderita serangan Reo-virus akan menunjukan gejala sakit yng ringan, yaitu anak ayam terlihat lesu, malas bergerak, serta sayap menggantung. Sedangkan pada anak ayam umur 4-7 hari didapati juga gejala diare. Pada feses ayam sakit akan didapati ransum yng tak tercerna. Suka dijumpai juga feses yng tertutup yang dengannya eksudat berwarna coklat kekuningan. Akibatnya kasus ini Suka dikelirukan yang dengannya koksidiosis. Ciri-tanda spesifik lain-lainnya yng ditemui yaitu pertumbuhan bulu yng abnormal pada bulu sayap primer (yng berbatasan yang dengannya folikel bulu). Pertumbuhan bulu pula tak teratur menjadikan memicu bulu-bulu tampak berdiri semisal baling-baling serta memicu kesan ayam tampak semisal helikopter. Itulah sebabnya serangan Reo-virus Suka disebut pula yang dengannya helicopter disease. Tatkala dibedah, didapati usus yng terlihat pucat, kecil serta di dalamnya masih terdapat sisa-sisa ransum yng belum tercerna sempurna. Kita seringkali memberikan sebutan “usus pentil” lantaran ususnya yng kecil ini. Beberapa virus lain yng pula dikaitkan yang dengannya kasus kekerdilan merupakan infeksi rotavirus, parvovirus, serta calicivirus.
2) Bakteri:
Bakteri yng paling umum memicu kekerdilan merupakan bakteri Clostridium sp. yng mampu memicu necrotic enteritis serta necrotic ulseratif pada usus ayam.
3) Protozoa:
Infeksi protozoa yng utama mampu memicu kekerdilan akibat efek malabsorpsi (gangguan penyerapan ransum)nya merupakan infeksi koksidiosis.

Penanganan Kasus Kekerdilan Pada Ayam Broiler
Sampai-sampai tatkala ini, kasus kekerdilan merupakan satu dari sekian banyaknya kasus yng cukup susah didiagnosa. Alasannya, lantaran gejala klinis yng terlihat cuma berupa gangguan pertumbuhan (kekerdilan). Pada tatkala nekropsi (bedah bangkai) pun perubahan patologi anatomi yng ditimbulkan sangatlah bervariasi, bergantung dari faktor penyebab mana yng lebih mendominasi. Atas pertimbangan yang telah di sebutkan, maka tatkala peternak menjumpai kasus ini di farm, beberapa tindakan yng mampu di lakukan antara lain: 1. Andaikan kasus kekerdilan ini masih berlangsung pada sebagian kecil dari populasi, segera lakukan seleksi (culling) serta afkir ayam-ayam yng terlihat kerdil, lebih-lebih yng bobotnya berada 40% di bawah standar. Beberapa peternak seringkali melakukan seleksi tanpa afkir, melainkan dimasukkan dalam satu sekatan tersendiri. Sebaiknya hal itu dihindari lantaran keberadaan sekatan khusus ini mampu menjadi sumber penularan ke ayam lain serta pemeliharaan ayam kerdil ini malahan akan membuat bengkak FCR. Sedangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk ayam kerdil yang dengannya bobot badan yng tak terlalu jauh berbeda yang dengannya standar, mampu dijauhkan lantas diberi perlakuan khusus, yakni diberi ransum starter serta multivitamin sampai-sampai bobot badan mencapai bobot layak dipanen.
2. Andai kekerdilan menimpa lebih dari 80% populasi ayam, maka mungkin penyebabnya merupakan masalah kualitas ransum ataupun infeksi Reo-virus. Segera lakukan pengecekkan kualitas ransum di laboratorium bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan mendeteksi ada tidaknya toksin (racun jamur) di dalamnya. Sedangkan pada dugaan kasus Reo-virus, sebaiknya lakukan juga uji serologi, PCR ataupun sequencing di laboratorium bagi atau bisa juga dikatakan untuk meneguhkan diagnosa penyakit yang telah di sebutkan. Andai bobot badan ayam yng kerdil tak berbeda jauh yang dengannya standar, maka berikan ransum starter serta multivitamin sampai-sampai bobot badan mencapai bobot layak dipanen. Sedangkan andai bobot badan ayam Amat jauh dari standar, maka lebih baik lakukan panen dini seluruh ayam ataupun panen paksa (cut loss).
3. Perbaiki faktor manajemen yng berperan dalam mendukung terjadinya kasus gangguan pertumbuhan.
4. Berikan antibiotik broad spektrum (spektrum luas) bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencegah infeksi sekunder bakteri.
5. Berikan multivitamin serta mineral, bagi atau bisa juga dikatakan untuk keseluruhan populasi ayam di sangkar bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyelamatkan populasi secara keseluruhan dari sindrom kekerdilan.
6. Evaluasi masa brooding, andai kasus kekerdilan penyebabnya yaitu buruknya manajemen brooding segera lakukan perbaikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk periode yng akan datang
Sumber Rujukan: - Info.medion.co.id
- Tamalluddin, F. 2014. Tatacara Lengkap Ayam Broiler. Jakarta. PT. Peneber Swadaya Ferry Tamalluddin 11:05 PM

Sumber rujukan dan gambar : http://www.ternakpertama.com/2015/01/mengenal-dan-mengatasi-sindrom.html.

Seputar MENGENAL DAN MENGATASI SINDROM KEKERDILAN PADA AYAM BROILER

Advertisement

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Cari Artikel Selain MENGENAL DAN MENGATASI SINDROM KEKERDILAN PADA AYAM BROILER