PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)

- Juli 26, 2017

PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)

 
Ternak Pertama - PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA - Pada postingan terdahulu mengenai penyakit pada peternakan ayam petelur serta solusinya bagian 1 sudah di jelaskan 4 penyakit yng Suka menyerang ayam petelur. Selanjutnya akan dibahas kembali penyakit lainya.
1. Fowl Cholera Kolera. Daerah pial serta muka membesar Penyebab : bakteri Pasteurella multocida Gejala Klinis: Suka mati tanpa gejala yng terperinci, diare berwarna hijau kekuningan, keluarnya kotoran dari mata, daerah pial serta muka membesar serta umumnya kehitaman, lumpuh lantaran pembengkakan pada kaki. Patologi anatomi: perdarahan titik pada jantung, selaput proventikulus serta lemak perut, hati membengkak serta gelap belang, duodenum mebengkak berisi eksudat kental. Diagnosa banding : ND, CRD, Snot Faktor predisposisi: ventilasi udara yng tak lancar, transportasi, perubahan cuaca ataupun kekurangan vitamin A Penularan : penularan berlangsung secara horizontal baik secara langsung ataupun tak lagsung, yakni dari ayam sakit ke sehat serta dari perlengkapan, petugas sangkar dll. Pencegahan: sanitasi sangkar serta perlengkapan sangkar, mencegah tamu keluar-masuk sangkar, manajemen yng baik, ventilasi cukup, pakan yng seimbang Pengobatan: Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Sulfadiazine, Amoksisilin, Enrofloksasin Kerugian: kematian cukup tinggi, penurunan berat badan
2. Gumboro (Infectious Bursal Disease)
Gumboro. Bursa fabrisius membesar Penyebab: virus dari golongan Birnaviridae Gejala Klinis: hilangnya nafsu makan, bulu merinding, gemetar, berak putih, mengantuk. Patologi anatomi: pembengkakan bursa fabrisius, perdarahan garis pada otot dada serta paha, ginjal membengkak, perdarahan titik pada mucosa proventikulus (perbatasan proventikulus-ventriculus). Diagnosa banding: Leucocytozoonosis, ND Faktor predisposisi: stess akibat pergantian cuaca, pergantian pakan, cuaca dingin, pergantian sekam (turun sekam) Penularan: biasanya lantaran pencemaran lingkungan oleh virus yng keluar bersama tinja, bahan muntahan yng memiliki kandungan virus, secara tak langsung melalui pakan, air minum, perlengkapan sangkar yng tercemar. Pencegahan: vaksinasi, perbaikan manajemen, bioscurity, pemberian vitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan daya tahan tubuh (tatkala turun sekam, pergantian cuaca dll) Pengobatan: tak ada obat. Pemberian air gula (5-8%), parasetamol, multivitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan kondisi tubuh serta proses penyembuhan, pemberian pemanas untu anak ayam, antibiotik (3-5 hari) bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencegah infeksi sekunder. Pilih antibiotik yng tak memberi pengaruh kerja ginjal Kerugian: mortalitas rendah hingga tinggi bergantung keanasan virus, pertumbuhan terhambat, memicu efek immunosuppressif (menghambat pembentukan zat kebal) menjadikan gampang terserang penyakit lain
3. Tetelo/ND (Newcastle Disease) ND. Kepala tortikolis (terpelintir) Penyebab: virus Paramyxo Gejala Klinis: bervariasi dari tak terperinci hingga Amat terperinci, gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, gorok, lender keluar dari hidung), gangguan pencernaan (diare hijau keputihan), gangguan saraf (tubuh gemetar, kejang, kelumpuhan kaki da sayap, leher terpuntir serta ayam berputar-putar) Patologi anatomi: perdarahan di kerongkongan, perdarahan pada saluran pencernaan (keropeng), bintik perdarahan di proventrikulus, bintik-bintik perdarahan pada lemak tubuh, perdarahan di ovarium. Diagnosa banding: IB, ILT, Snot, CRD, Guboro Faktor predisposisi: sanitsai tidak bagus, amoniak dalam sangkar tinggi, di kenai penyakit yng bersifat immunosuppressive, stess Penularan: kontak langsun yang dengannya ayam sakit, melalui alat yng tercemar, petugas sangkar, binatang peliharaan , transportasi. Pencegahan: vaksinasi, bioscurity serta manajemen pemeliharaan baik Pengobatan: tak ada obat, antibiotik selama 3-5 hari untukl mencegah adanya penyakit sekunder oleh bakteri, multivitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan kondisi tubuh serta proses penyembuhan, penyediaan ransum serta air minum segar. Revaksinasi (vaksinasi ulang) andai diharapkan lebih-lebih andai umur pemeliharaan masih memungkinkan. Kerugian: mortalitas mampu mencapai 100%, ganguan saraf, pernafasan serta pencernaan, pertumbuhan terhambat, konversi pakan tidak bagus.
4. Afian Influenza (AI) AI. Leban pada kaki serta daerah dada Penyebab: virus orthomixso H5N1 Gejala Klinis: ayam kadang mati tiba-tiba tanpa gejala yng terperinci, pial berbarna gelap, telapak kaki merah (semisal bendun darah), kelopak mata dalam ada tonjolan putih). Patologi anatomi: perdarahan (keropeng merah-hitam) pada proventikulus, bintik merah pada daging paha dada, bursa fabrisius bengkak serta merah, peradangan pada trachea, paru-paru hitam (lebam darah), jantung terdapat bercak darah, iritasi usus serta keropeng pada seka tonsil. Diagnosa banding: ND, Gumboro Faktor predisposisi: bioscurity tidak bagus, manajemen pemeliharaan tidak lebih baik Penularan: melalui tinja serta melalui kontak langsung yang dengannya ayam ataupun tinja ayam. Bersifat zoonosis (menular pada kita-kita) melalui kontak langsung yang dengannya ayam yng sakit ataupun tatkala mengolah daging ayam lebih-lebih bagian penceranaan. Pencegahan: sanitasi disinfeksi sangkar serta perlengkapan, manajemen pemeliharaan di lakukan yang dengannya baik, mencegah burung-burung serta tamu keluar masuk sangkar, disinfeksi kendaraan beroda empat pakan, panen serta pengangkut kotoran ayam, serta vaksinasi didaerah yng pernah terjangkit AI. Pengobatan: tak ada obat, pemberian multivitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk meninkatkan daya tahan tubuh. Kerugian: mortalitas tinggi mencapai 100% serta bila satu sangkar ada yng di kenai maka seluruh ayam Perlu dimusnahkan yang dengannya tatacara dibakar.
5. Infectious Bronchitis (IB) IB. Bisa menghasilkan abnormal telur Penyebab: virus golongan Corona virus serta memiliki struktur RNA. Dikenal 8 serotipe, yakni Massachusetts, Conecticut, Georgia, Delaware, lowa 97, lowa 69, New Hampshire serta Australian T. Gejala Klinis: keluar lendir dari hidung, sesak nafas, ngorok, panting, bersin serta batuk dan nafsu makan turun. Mutu serta kualitas telur menurun serta putih telur encer. Patologi anatomi: dinding trachea menjadi tebal, berwarna keputih-putihan, terdapat lendir, pada selaput lendir terdapat bercak-bercak perdarahan. Kerusakan pada indung telur serta saluran telur. Indung telur berdarah, membengkak, lembek serta pecah menjadikan tak bervungsi lagi. Andai pada indung telur terdapat kuning telur yng siap diovulasikan (telah matang) umumnya kuning telur akan pecah serta mengalir keluar pada rongga perut. Pembengkakan ginjal disertai pengendapan asam urat pada ureter (saluran kencing). Diagnosa banding: ND, ILT, EDS’76, CRD serta SNOT Faktor predisposisi: stress serta bioscurity serta manajemen pemeliharaan tidak bagus. Penularan: melalui lendir yng keluar akibat batuk, ataupun lendir yng dikeluarkan dari mata/lubang hidung. Melalui udara yng memiliki kandungan partikel virus serta melalui kita-kita. Pencegahan: sanitasi disinfeksi sangkar serta perlengkapan, manajemen pemeliharaan di lakukan yang dengannya baik, mencegah burung-burung serta tamu keluar masuk sangkar, disinfeksi kendaraan beroda empat pakan, panen serta pengangkut kotoran ayam, serta vaksinasi. Vaksinasi Amat penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjaga alat reproduksi telur. Pengobatan : tak ada obat, pemberian multivitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk meninkatkan daya tahan tubuh dan antibiotik broad spectrum bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencegah infeksi sekunder. Kerugian: Kematian 0-40% pada anak ayam, pada ayam muda pertumbuhan serta produksinya terhambat, kerusakan alat reproduksi telur menjadikan tak mampu menghasilkan telur. Pada ayam dewasa produksi telur turun 10-50% serta kualitas telur rendah lantaran kerabang telur bentuknya abnormal, kasar ataupun lunak. Putih telur berganti dari kental menjadi encer.
6. Egg Drop Syndrome (EDS’76) EDS. Semisal IB bisa menghasilkan telur abnormal Penyebab: virus golongan Adenovirus yng bersifat mengaglutinasikan (menggumpalkan) sel-sel darah merah unggas Gejala Klinis: ayam tampak sehat namun penurunan produksi telur secara mencolok disertai penurunan kualitas telur. Kerabang telur menjadi pucat, lembek ataupun kasar, telur berganti bentuk ataupun kecil. Patologi anatomi: Limpa tidak banyak membesar serta bagian bintik putihnya membesar, oviduct kendur serta pengecilan ringan pada calon kuning telur. Diagnosa banding: ND, IB Faktor predisposisi: stress, bioscurity tidak bagus, manajemen pemeliharaan tidak lebih baik Penularan: penularan secara horisontal (dari ayam ke ayam) serta secara vertikan dari induk ke anak ayam. Pencegahan: sanitasi disinfeksi sangkar serta perlengkapan, manajemen pemeliharaan di lakukan yang dengannya baik, mencegah burung-burung serta tamu keluar masuk sangkar, disinfeksi kendaraan beroda empat pakan, panen serta pengangkut kotoran ayam, serta vaksinasi EDS. Pengobatan: tak ada obat, pemberian multivitamin bagi atau bisa juga dikatakan untuk meninkatkan daya tahan tubuh.
Kerugian: walaupun ayam tampak sehat namun penyakit ini akan memicu penurunan kualitas telur yng tajam disertai penurunan kualitas kerabang telur dan ukuran telur.
Tulisan atau artikel Sebelumnya :
  • CARA BETERNAK AYAM PETELUR
  • PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)
  • RAHASIA MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR
Ferry Tamalluddin 8:23 AM

Sumber rujukan dan gambar : http://www.ternakpertama.com/2014/12/penyakit-pada-peternakan-ayam-petelur_15.html.

Seputar PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)

Advertisement

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Cari Artikel Selain PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)