WASPADA KERUGIAN EKONOMI PENYAKIT CACINGAN PADA SAPI

- Juli 31, 2017

WASPADA KERUGIAN EKONOMI PENYAKIT CACINGAN PADA SAPI

 
WASPADA KERUGIAN EKONOMI PENYAKIT CACINGAN PADA SAPI
Sapi kurus satu dari sekian banyaknya tanda di kenai cacingan
Tidak sedikit peternak yng memandang sebelah mata penyakit ini. Secara kasat mata, tak seluruh sapi yng menderita cacingan terlihat sakit, namun rata-rata cuma terlihat kurus. Tingkat keparahan yng ditimbulkan oleh serangan parasit cacing pun bergantung pada jenis cacing, jumlah cacing yng menyerang, umur sapi yng terserang dan kondisi pakan.
Mengapa cacing tak mampu dianggap remeh? Lantaran meskipun penyakit cacingan tak langsung memicu kematian, akan tetapi secara ekonomi bisa memicu kerugian yng Amat besar. Kerugian-kerugian ekonomi yng ditimbukan oleh penyakit cacingan pada sapi diluar dugaan cukup tidak sedikit, mulai dari penurunan berat badan, terhambatnya pertumbuhan pada sapi muda, penurunan kualitas daging, kulit serta jeroan pada ternak potong, penurunan produksi susu pada ternak perah serta bahaya penularan pada kita-kita. Hasil suatu penelitian menyatakan bahwasanya kasus cacingan memicu keterlambatan pertumbuhan berat badan per hari sebanyk 40% pada sapi potong serta penurunan produksi susu sebesar 15% pada sapi perah.
Mengenal Penyakit Cacing Pada Sapi
Cacingan ataupun helminthiasis adalah penyakit yng penyebabnya yaitu oleh adanya infestasi cacing pada tubuh hewan, baik pada saluran percernaan, pernapasan, hati, ataupun pada bagian tubuh lain-lainnya. Pada sapi, biasanya infestasi cacing Suka didapati pada saluran pencernaan serta hati.
Didasari bentuknya, jenis cacing yng bisa menyerang sapi bisa dikelompokkan menjadi 3 golongan yakni cacing gilig (Nematoda), cacing pita (Cestoda) serta cacing daun ataupun cacing hati (Trematoda).
1. Cacing gilig (Nematoda)
Sesuai yang dengannya namanya, cacing gilig mempunyai bentuk tubuh yng bulat semisal pipa yang dengannya kedua ujungnya yng meruncing. Sebagian besar cacing ini mempunyai ukuran tubuh yng Amat kecil. Beberapa spesies yng bisa menyerang ternak sapi di antaranya Toxocara vitulorum, Oesophagostomum radiatum, Agryostomum vryburgi, Bunostomum phlebotomum, Trichostrongylus spp., Nematodirus spp., Cooperia spp., Ostertagia ostertagi, Haemonchus placei serta Mecistocirrus digitatus.
Akan tetapi, dari beberapa spesies yang telah di sebutkan yng paling Suka didapati kasusnya lebih-lebih pada pedet (sapi muda) yakni spesies Toxocara vitulorum yng penyakitnya dikenal yang dengannya sebutan toxocariasis. Cacing yng dikenal pula yang dengannya Neoascaris vitulorum ini habitatnya di dalam usus halus sapi serta berukuran paling besar dibandingkan spesies nematoda lain-lainnya. Cacing jantan berukuran 250 x 5 mm, sedangkan betinanya 300 x 6 mm. Telur cacing T. vitulorum berbentuk bulat serta mempunyai tanda khas dinding telur yng tebal.
Kasus toxocariasis dimulai yang dengannya termakannya feses yng memiliki kandungan telur cacing T. vitulorum oleh sapi. Selanjutnya telur akan menetas di usus halus serta menjadi larva. Larva lantas bisa bermigrasi (pindah) ke hati, paru-paru, jantung, ginjal, malah plasenta serta masuk ke cairan amnion (ketuban) dan ke dalam kelenjar ambing serta keluar bersama kolostrum. Kolostrum yng diminum oleh pedet akan menjadi sumber penularan cacing T. vitulorum. Sementara, larva yng tetap berada dalam usus akan berkembang menjadi cacing dewasa serta selanjutnya menghasilkan telur yng mampu ikut terbuang bersama feses sapi.
Dilihat dari siklus hidupnya, maka penularan kasus toxocariasis pada sapi bisa berlangsung melalui pakan ataupun air yng terkontaminasi oleh telur ataupun larva cacing serta melalui kolostrum yng memiliki kandungan larva cacing.
2. Cacing pita (Cestoda)
Jenis cacing pita yng bisa menyerang sapi adalah spesies Taenia sp., Moniezia sp. serta Echinococcus granulosus. Dari ketiga cacing yang telah di sebutkan, cuma spesies Moniezia sp. yng hidup hingga dewasa dalam tubuh sapi. Akan tetapi, serangan cacing pita yng paling umum didapati pada sapi lebih-lebih oleh genus Taenia, yakni Taenia saginata.
Serangan cacing pita ini tak rawan bagi ternak sapi itu sendiri lantaran dalam tubuh sapi telur cacing yng terpengaruhi bersama rumput cuma berkembang hingga fase larva. Larva cacing T. saginata yng berada dalam usus sapi selanjutnya akan menembus pembuluh darah serta ikut bersama peredaran darah sampai-sampai hingga di otot. Selanjutnya, kita-kita butuh waspada terhadap serangan cacing pita ini, lantaran larva yng terpengaruhi dari daging sapi mentah ataupun yng dimasak tidak lebih matang bisa berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus halus kita-kita. Cacing pita dewasa akan menyerap sari-sari makanan dalam usus serta bisa memicu penyumbatan usus.
Panjang cacing T. saginata dewasa berkisar antara 4-8 meter serta terdiri atas segmen-segmen yng disebut proglotida. Proglotida yng sudah matang, ataupun disebut pula proglotida gravid, pada cacing dewasa berisi alat reproduksi jantan serta betina dan puluhan ribu telur. Mampu dibayangkan betapa banyaknya telur yng diperoleh oleh 1 ekor cacing pita dewasa yng selanjutnya siap masuk kembali kedalam tubuh sapi bagi atau bisa juga dikatakan untuk berkembang menjadi bentuk yng siap masuk ke dalam tubuh kita-kita.
3. Cacing hati (Trematoda)
Kasus cacingan pada sapi akibat cacing hati (Fasciola sp.) cukup tidak sedikit serta telah tidak asing lagi dijumpai di lapangan. Kejadiannya lebih-lebih tidak sedikit diadukan atau dilaporkan pada tatkala perayaan Idul Adha, dimana pada waktu yang telah di sebutkan tidak sedikit orang yng melakukan penyembelihan hewan kurban khususnya sapi. Terdapat 2 spesies yng cukup penting di dunia, yakni Fasciola hepatica serta Fasciola gigantica. Akan tetapi, spesies yng paling Suka didapati pada sapi di Indonesia yakni F. gigantica. Secara umum, cacing hati berbentuk gepeng ataupun pipih semisal daun, akan tetapi bagi atau bisa juga dikatakan untuk spesies F. gigantica tubuhnya lebih memanjang dibandingkan F. hepatica. Sesuai yang dengannya namanya cacing hati berhabitat di hati serta saluran empedu. Infestasi cacing ini dikenal yang dengannya sebutan fasciolosis.
Siklus hidup cacing F. gigantica dimulai tatkala cacing dewasa yng berada di hati serta saluran empedu mengeluarkan telurnya. Telur cacing ini lantas masuk ke dalam usus halus bagian duodenum bersama cairan empedu serta selanjutnya dikeluarkan bersama feses. Di luar tubuh sapi, telur berkembang menjadi mirasidium. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk berkembang ke fase selanjutnya, mirasidium memerlukan inang antara, yakni siput muda Lymnaea rubiginosa.
Di dalam tubuh siput, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia serta serkaria. Selanjutnya serkaria yng mempunyai kemampuan berenang akan keluar dari tubuh siput. Sesudah menjumpai tempat yng cocok, serkaria akan berganti menjadi metaserkaria yng berbentuk kista. Kista bisa berada dalam air ataupun menempel pada tanaman. Selanjutnya, air serta tanaman yng memiliki kandungan kista ini akan menjadi media penularan bagi ternak sapi lain-lainnya andai terpengaruhi.
Cek Harga Sapi Hari Ini :
  • Harga Daging Sapi Hari Ini
  • Harga Sapi Limousin
  • Harga Sapi Simental
  • Harga Pedet Sapi Simental
  • Harga Sapi Brhman
Ferry Tamalluddin 3:14 PM

Sumber rujukan dan gambar : http://www.ternakpertama.com/2014/12/waspada-kerugian-ekonomi-penyakit.html.

Seputar WASPADA KERUGIAN EKONOMI PENYAKIT CACINGAN PADA SAPI

Advertisement

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Cari Artikel Selain WASPADA KERUGIAN EKONOMI PENYAKIT CACINGAN PADA SAPI